Ketua Presidium MER-C, dr. Sarbini Abdul Murad, menegaskan bahwa kemerdekaan Palestina adalah harga mati yang harus diperjuangkan bersama. Ia juga mengingatkan bahwa dalam membela dan memperjuangkan kemerdekaan Palestina harus mempunyai nafas panjang dan komitmen yang tinggi.

Hal ini dikatakan Sarbini saat menjadi narasumber pada acara Sarasehan Penutupan Bulan Solidaritas Palestina yang digelar Aqsa Working Group (AWG), Selasa/29 November 2022, di Aula Buya Hamka, Masjid Raya Al Azhar, Jakarta.



Sarbini yang berbicara sebagai narasumber ke-2 dengan tema "Membela Palestina, Membela Kemanusiaan", mengharapkan kepada semua pihak untuk bisa berperan pada bidangnya masing-masing. Hal ini dikarenakan masalah Palestina sangat kompleks dan merupakan masalah kemanusiaan sehingga menjadi tanggung jawab bersama, tidak hanya umat muslim.

Ia pun mengatakan dalam membantu Palestina, lembaga yang dipimpinnya saat ini, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) sebagai sebuah NGO mencoba mengambil focus bidang kemanusiaan dan merupakan program jangka panjang.

"Bagi MER-C, Palestina adalah program abadi, permanen dan berkepanjangan dan kontinu. Pada awalnya kami berfikir ini suatu yang impossible. Bagaimana kita bisa melakukan aksi yang nyata di Palestina, padahal kita nun jauh dari sana. Tapi aksi dan kegiatan kemanusiaan harus menjadi prasasti abadi hubungan kedua bangsa," papar Ben, sapaan akrab Sarbini, menjelaskan alasan MER-C membangun Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina.

"Oleh sebab itu, kita mencoba untuk bisa bersinergi dengan semua elemen, termasuk tokoh-tokoh agama. Kita jadikan persoalan Palestina bukan hanya masalah umat Islam, tapi masalah kemanusiaan yang semua kita punya tanggung jawab bersama," lanjutnya.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga memaparkan pandangannya mengenai tiga tahapan dalam membela Palestina.

Pertama, adalah tahap Aksi Kemanusiaan. Semua pihak merespon dengan baik dan sepakat dengan tahapan aksi kemanusiaan untuk Palestina.

Namun menurutnya, aksi tidak berhenti hanya sampai di situ. "Ada tahapan aksi berikutnya, aksi tahap ke-2 yang lebih serius, yaitu tahapan Politik Kemanusiaan," tambahnya.

Lebih jauh ia menjelaskan bahwa aksi tahap Politik Kemanusiaan memerlukan kekuatan yang besar sehingga perlu menjalin koalisi, safari, mengkomunikasikan dengan semua pihak termasuk pemerintah mengenai permasalahan dan pembelaan terhadap Palestina. Sarbini mencontohkan, misalnya menolak visa kontingen Israel pada Piala Dunia U-20 yang akan digelar pada tahun 2023 mendatang di Indonesia. Ia beralasan pemberian visa kepada kontingen Israel untuk bisa masuk ke Indonesia adalah suatu hal yang ilegal dan keliru.

Tahap selanjutnya, yaitu tahap ke-3 adalah tahap Politik Perlawanan yang harus dilakukan kepada Israel.

Ia menjelaskan bahwa satu sisi kita mengatakan membela dan mendukung kemerdekaan Palestina, namun di sisi lain, hubungan-hubungan gelap antara Indonesia dan Israel baik di level ormas maupun pemerintah masih terus berlangsung. "Ini adalah ambivalensi yang dilakukan oleh pemerintah," katanya.

Oleh sebab itu, ia mengajak kepada semua elemen bangsa agar terus bergerak membela kemerdekaan Palestina karena solusi kemerdekaan Palestina adalah harga mati yang harus diperjuangkan bersama sesuai dengan amanah konstitusi dan amanah kemanusiaan.

Turut hadir sebagai narasumber dan memberikan pandangan serta dukungannya bagi kemerdekaan Palestina adalah Romo Magnis Suseno, seorang budayawan dan pemuka agama Katolik.

Menurut Romo Magnis, rakyat Palestina berhak atas kemerdekannya dan berhak atas kenegaraannya sendiri yang sama sekali lepas bebas dari negara Israel. “Orang-orang Palestina baik di Tepi Barat maupun di Gaza berhak untuk merdeka,” ungkapnya.

"Tidak ada resolusi konflik dan damai di Timteng kalau kemerdekaan Palestina tidak diakui dan dibikin nyata. Titik!" tegasnya lagi.

Narasumber lainnya adalah DR. Abdul Muta’ali, Direktur Pusat Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia yang memberikan pemaparan mengenai “Pecah Belah Israel terhadap Palestina”. Menurutnya banyak kegiatan yang harus dilakukan dan tidak bisa sendiri untuk membantu Palestina.

Bulan Solidaritas Palestina (BSP) adalah rangkaian kegiatan peduli Palestina yang digagas oleh Aqsa Working Group (AWG). MER-C sebagai lembaga sosial medis untuk kemanusiaan dan perdamaian mendukung kegiatan BSP karena ini merupakan satu bentuk nyata dalam membela dan mendukung perjuangan Palestina.

Bulan November dipilih karena setidaknya ada empat peristiwa penting terkait Palestina di bulan ini. BSP tahun 2022 dengan tema “Bergerak Berjamaah Bebaskan Al Aqsa dan Palestina” digelar serempak di 14 provinsi di Indonesia selama satu bulan penuh. Sarasehan diadakan sebagai acara penutup Bulan Solidaritas Palestina dan diselenggarakan bertepatan dengan Hari Solidaritas Internasional bagi rakyat Palestina tanggal 29 November 2022.

Dukung Sosial Media Kami

Langganan Info & Berita MER-C